Dalam
kehidupan ini ada 2 (dua) kebenaran, yaitu kebenaran relatif yang masih
dipengaruhi oleh ruang, waktu dan tempat; dan ada kebenaran Absolut yang tidak
terpengaruh oleh ruang, waktu dan tempat.
Selain itu ada empat Rumusan Kebenaran, yaitu : ada awal dan ada akhir ; Ada Awal
dan tanpa Akhir ; tanpa awal dan ada akhir ; dan tanpa awal dan tanpa akhir
Dalam Kitab Udana diuraikan mengenai Nibbana, yaitu :
“Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak
ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang
Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Sutra Vimalakirti Nirdesa, yaitu :
“Dharma tertinggi adalah tak terkatakan .”
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah tanpa awal dan tanpa akhir. Seperti sebuah
lingkaran kita tidak akan dapat menemukan awal dan akhirnya. Begitupula dalam
memahami sifat ketuhanan. Keberadaan konsep ketuhanan dalam agama Buddha
dapat kita lihat dalam stupa candi borobudur. Bagian yang tertinggi adalah kosong.
Ini melambangkan sifat ketuhanan yang maha tinggi dan tunggal.
dipengaruhi oleh ruang, waktu dan tempat; dan ada kebenaran Absolut yang tidak
terpengaruh oleh ruang, waktu dan tempat.
Selain itu ada empat Rumusan Kebenaran, yaitu : ada awal dan ada akhir ; Ada Awal
dan tanpa Akhir ; tanpa awal dan ada akhir ; dan tanpa awal dan tanpa akhir
Dalam Kitab Udana diuraikan mengenai Nibbana, yaitu :
“Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak
ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang
Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Sutra Vimalakirti Nirdesa, yaitu :
“Dharma tertinggi adalah tak terkatakan .”
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah tanpa awal dan tanpa akhir. Seperti sebuah
lingkaran kita tidak akan dapat menemukan awal dan akhirnya. Begitupula dalam
memahami sifat ketuhanan. Keberadaan konsep ketuhanan dalam agama Buddha
dapat kita lihat dalam stupa candi borobudur. Bagian yang tertinggi adalah kosong.
Ini melambangkan sifat ketuhanan yang maha tinggi dan tunggal.
Dalam kehidupan ini ada 2 (dua) kebenaran, yaitu kebenaran relatif yang
masih
dipengaruhi oleh ruang, waktu dan tempat; dan ada kebenaran Absolut yang tidak
terpengaruh oleh ruang, waktu dan tempat.
Selain itu ada empat Rumusan Kebenaran, yaitu : ada awal dan ada akhir ; Ada Awal
dan tanpa Akhir ; tanpa awal dan ada akhir ; dan tanpa awal dan tanpa akhir
Dalam Kitab Udana diuraikan mengenai Nibbana, yaitu :
“Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak
ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang
Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Sutra Vimalakirti Nirdesa, yaitu :
“Dharma tertinggi adalah tak terkatakan .”
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah tanpa awal dan tanpa akhir. Seperti sebuah
lingkaran kita tidak akan dapat menemukan awal dan akhirnya. Begitupula dalam
memahami sifat ketuhanan. Keberadaan konsep ketuhanan dalam agama Buddha
dapat kita lihat dalam stupa candi borobudur. Bagian yang tertinggi adalah kosong.
Ini melambangkan sifat ketuhanan yang maha tinggi dan tunggal.
dipengaruhi oleh ruang, waktu dan tempat; dan ada kebenaran Absolut yang tidak
terpengaruh oleh ruang, waktu dan tempat.
Selain itu ada empat Rumusan Kebenaran, yaitu : ada awal dan ada akhir ; Ada Awal
dan tanpa Akhir ; tanpa awal dan ada akhir ; dan tanpa awal dan tanpa akhir
Dalam Kitab Udana diuraikan mengenai Nibbana, yaitu :
“Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak
ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang
Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Sutra Vimalakirti Nirdesa, yaitu :
“Dharma tertinggi adalah tak terkatakan .”
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah tanpa awal dan tanpa akhir. Seperti sebuah
lingkaran kita tidak akan dapat menemukan awal dan akhirnya. Begitupula dalam
memahami sifat ketuhanan. Keberadaan konsep ketuhanan dalam agama Buddha
dapat kita lihat dalam stupa candi borobudur. Bagian yang tertinggi adalah kosong.
Ini melambangkan sifat ketuhanan yang maha tinggi dan tunggal.
Jika kita berbicara mengenai tuhan, perlu dicatat bahwa Nibbana bukanlah
tuhan atau istilah bahasa sanskertanya isvara. Apa yang diucapkan oleh
Sang Buddha dalam Udana 8.3 tepatnya dalam Tatiyanibbanapatisamyutta
Sutta; Udana 8.3, adalah mengenai nibbana bukan isvara. Jadi berbeda
antara tuhan/isvara dengan nibbana. Agama lain menganut konsep tuhan
atau disebut isvara, tapi dalam agama Buddha tidak menganut konsep
isvara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar